Agar Gaji

tak Numpang Lewat

Namun, menurutnya masih banyak juga masyarakat yang tidak memahami pentingnya literasi keuangan termasuk asuransi jiwa. Tak heran bila banyak ibu tunggal yang harus kerja banting tulang untuk menghidupi anak-anaknya ketika suami meninggal. "Itulah pentingnya literasi keuangan," ujarnya.

 

Data lain menyebutkan 76 persen sudah pakai produk dari jasa keuangan. Ini karena mereka sudah mengenal bank dan belanja daring. Di sisi lain, 46 persen orang yang memiliki dana darurat hanya untuk bertahan seminggu. Bahkan masih banyak masyarakat yang tidak memiliki dana darurat cukup untuk hidup tiga bahkan enam bulan. "Sembilan persen orang punya dana darurat lebih dari enam bulan. Sedikit yang bisa bertahan hidup selama enam bulan. Inilah pentingnya edukasi keuangan," ujarnya.

 

Lalu mengapa orang sulit menabung? Menurut Annisa, permasalahan kebanyakan orang susah menabung karena kurangnya self control yang baik. "Ini bukan masalah keuangan tapi masalah mental. Otomatis belanja daring, jajan, self-control-nya tidak baik," ujarnya.

 

Kesulitan ini juga mempengaruhi kedisiplinan dalam mengelola uang dengan baik dan berhemat. Banyak alasan yang dikaitkan dengan emosi, seperti misalnya healing atau self-reward. Padahal, ada kebutuhan yang bisa kita sesuaikan sendiri untuk menyesuaikan dengan kewajiban, seperti bayar listrik, transportasi, dan lainnya.

 

Selain itu, mereka tidak bisa menabung karena tidak takut berutang. Apalagi zaman sekarang sangat mudah untuk berutang. Padahal kebiasaan berutang itu tidak baik. "Tidak tahu penghasilan berapa, penghasilannya bagaimana, rumah di mana, bisa bayar dengan pinjaman online. Delivery online saja bisa dipinjamkan uang lebih dahulu," kata dia.

FREEPIK

Mereka yang tidak takut berutang merasa seolah-olah tidak ada masalah karena mereka  menganggap ada bank bisa selalu membantu. "Padahal kita tidak mampu. Kita hidup tak sesuai kemampuan," ujarnya.

 

Alasan lain sulit menabung karena mereka tidak memiliki catatan keuangan. "Banyak uang hilang sampai jutaan. Ketika ditelusuri, (ternyata) ke mal pulang kantor beli boba, casing hp lucu atau pin lucu. Kalau tidak punya catatan keuangan, bocor halus," ujarnya.

 

Menurutnya, catatan keuangan membantu kita untuk melihat track record uang kita ke mana. "Ini akan menentukan kita bisa nabung atau tidak," paparnya.

 

Catatan keuangan penting untuk mengetahui uang kita cukup atau tidak. "Kalau tidak cukup ada yang harus diirit. Kalau tidak ada harus cari penghasilan tambahan,'' ungkapnya.

 

Annisa mengatakan mereka yang tidak bisa menabung juga kerap kali melakukan investasi tanpa tujuan. Hanya karena ikut-ikutan demi mendapatkan uang. Mereka juga cepat menyerah berinvestasi. "Mereka merasa dengan investasi bisa kaya. Kalau mau kaya adalah kerja. Mau kaya dari investasi (butuh) modal besar. Bagaimana bisa memiliki modal besar? Ya harus kerja. Mau kaya, kerja dulu baru diinvestasikan," kata perempuan yang biasa disapa Ica itu.

 

Tak hanya itu, orang enggan menabung karena faktor budaya yang jadi batasan dan menolak pemahaman baru. "Banyak orang diajak kelola uang merasa baik-baik saja. Zaman dulu tidak investasi karena tidak ada ilmu dan akses," ujarnya.

38 persen orang Indonesia paham apa itu literasi keuangan dan bagaimana pengelolaan keuangan karena terhubung dengan lembaga dan produk keuangan.

Jika berbicara soal finansial secara utuh, maka itu adalah tentang masa kini dan nanti.

Biaya hidup yang terus meningkat mendorong orang untuk berhemat dalam pengeluaran sehari-hari. Namun sayangnya, masih banyak orang yang mengaku kesulitan untuk berhemat dan mengelola keuangannya. Bahkan, tak jarang gaji yang baru saja masuk rekening, hanya dalam hitungan beberapa hari saja sudah langsung terkuras nyaris habis.

 

Winda Sari (43 tahun) mengaku berusaha mengelola keuangan rumah tangganya dengan cermat. ''Saya sudah memakai aplikasi keuangan untuk mengelola penghasilan kami,'' ujar ibu dua anak ini saat dihubungi pekan lalu.

 

Sebelumnya, karyawan perusahaan pertambangan ini memilih cara manual untuk memilah keuangannya. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi digital, dia merasa terbantu dengan kehadiran aplikasi khusus yang dapat membantunya lebih cermat mengelola penghasilan. ''Saya dan suami berusaha untuk tidak besar pasak daripada tiang,'' ujarnya.

 

Perencanaan keuangan Annisa Steviani mengungkapkan saat ini masih ada orang yang hanya berpikir kebahagiaan masa kini. Mereka tidak memikirkan kebahagiaan di masa yang akan datang. Padahal jika kita berbicara soal finansial secara utuh, maka itu adalah tentang masa kini dan nanti.

 

Dia mengungkapkan 38 persen orang Indonesia paham apa itu literasi keuangan dan bagaimana  pengelolaan keuangan karena terhubung dengan lembaga dan produk keuangan. "Mengelola keuangan itu bagaimana kita memastikan penghasilan lebih besar dari pengeluaran. Memastikan biaya ketika sakit," ujarnya dalam acara konferensi pers bersama Flip.

Memiliki penghasilan tentunya kita pun ingin membelanjakan hasil kerja keras selama sebulan. Ini sah-sah saja sebenarnya. Namun, pastikan Anda sudah menghemat dulu sebelum membelanjakan penghasilan Anda. Berikut tip dari perencanaan keuangan Annisa Steviani.

towfiqu barbhuiya/unsplash

Hemat Versus Foya-foya

1. Bedakan antara kewajiban, kebutuhan, dan keinginan.

Cobalah untuk berhemat dari keinginan. Selain itu, perlu juga diingat bahwa ada konsekuensi yang dibayar dari kewajiban.

2. Pisahkan rekening bank sesuai pos.

Ini lantaran biasanya jika hanya satu rekening, maka keuangan akan kacau.

3. Mengeluarkan uang dengan kesadaran penuh.

Coba pikirkan matang-matang sebelum membeli. ‘’Perlu atau tidak? Dipakai berapa lama?’’ papar Annisa.

4. Rencanakan setiap pengeluaran.

Banyak yang tidak direncanakan pengeluaran. Banyak hal yang bisa direncanakan supaya bisa lebih berhemat. Bukan berarti tidak boleh belanja sama sekali.

8  Hidup sesuai kemampuan.

''Boleh belanja asal mampu bayar. Nabung dulu agar bisa beli barang tersebut,'' ujar Annisa.

5. Saat ingin berbelanja barang mewah, tentukan prioritas dan jangka waktunya.

6. Beli barang bukan karena khawatir ketinggalan tren (FOMO).

7. Belanja sesuai kualitas barang.

top

simon mumenthaler/unsplash